Halo-halo!
Aku lagi mau ikutan 30 Hari Bercerita nih. Aku akan coba bercerita 30 hari ke depan tentang topik yang ku mau. Kemungkinan sih cerita jalan-jalan yang sudah lama banget ngga didokumentasikan lewat kata. Soalnya, aku lagi mau mengurangi waktu main Instagram dan Twitter. Terus aku ingin lebih banyak mulai menulis lagi.
Cerita pertama yang ingin aku ceritain adalah perjalanan ke Rammang-Rammang, Sulawesi Selatan.
Perjalanan ini adalah bagian dari perjalanan pertama aku bersama teman-teman pelatihan kepemimpinan, yang namanya BEKAL Pemimpin. Perjalanan kami pertama adalah ke Makassar. Menarik sekali buat aku, karena ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki kota Makassar. Sebelum acara BEKAL dimulai, aku ingin sekali pergi wisata di dekat situ.
Satu dua minggu sebelum aku berangkat ke Makassar, aku sempat googling dan menemukan objek wisata menarik di dekat Makassar yaitu Rammang-Rammang dan Taman Nasional Bantimurung. Sayangnya, aku tuh belum bisa nyetir mobil maupun motor dan aku ngga cukup berani pergi ke sana sendiri. Aku pun belum kenal teman-teman BEKAL Pemimpin, sehingga belum tau bisa mengajak siapa ke sana.
Sampai aku di bandara Makassar, aku memutuskan untuk pergi ke Rammang-Rammang saja, entahlah dengan siapa. Aku sampai di bandara sekitar jam 10 siang, lalu aku kenalan dengan beberapa teman-teman peserta BEKAL Pemimpin. Dari perkenalan itulah, aku ajak random teman baru ku. Ku tanya apakah dia bisa naik motor dan mau main ke Rammang-Rammang. Rencananya, aku mau sewa motor, lalu motoran ke sana. Betapa beruntungnya aku, orang pertama yang ku ajak langsung mengiyakan ide jalan-jalan ke Rammang-Rammang. Yes!
Dari bandara sebenarnya hanya setengah perjalanan menuju Rammang-Rammang, sepertinya hanya 30 menit deh. Tetapi, kami perlu ke hotel dulu untuk check in kamar, makan siang, dan taruh barang-barang. Akhirnya dari bandara, kami naik bus bersama teman-teman peserta BEKAL yang lain menuju ke hotel, lalu makan siang, dan taruh barang. Di perjalanan pun aku langsung cari kontak penyewaan motor dan minta motornya diantar ke hotel.
Ngga lama setelah itu, aku dan teman ku langsung pergi ke Rammang-Rammang. Dari hotel, kira-kira jam 4 dan perjalanan ke Ramang-Ramang sekitar 1 jam. Di perjalanan, ternyata kami satu jalur sama banyak truk, pengemudi yang baru pulang kerja, jadi agak kena macet sedikit. Sempat hujan deras sekali. Untungnya aku bawa jas hujan yang bisa ku pinjamkan ke temanku dan aku pakai jaket yang water-resistant.
Pemandangan di kanan-kiri jalan terus berganti. Dari mulai jalan-jalan besar, kota tua, lansekap perbukitan, kebun, hutan sekunder, sungai, dan segala rupa.
Sampai di Ramang-Ramang, sudah agak sore sekitar jam 5. Kami sewa perahu kecil untuk menuju desa Ramang-Ramang.
Oiya, Rammang-Rammang adalah bentangan kawasan karst yang sangat luas. Ribuan tahun lalu, kawasan ini telah menjadi tempat tinggal manusia purba yang ditandai dengan berbagai lukisan gua, artefak batu, mata panah, sisa makanan, dan gerabah masa lampau. Saat ini, selain menjadi tempat tinggal masyarakat, kawasan ini juga menjadi laboratorium alam bagi para peneliti.
Pertama, aku belum pernah melakukan perjalanan dengan perahu untuk melihat pemandangan bukit karst.
Kedua, aku suka sekali melalui liak liuk sungai yang di pinggirnya banyak tetumbuhan. Kawasan ini memang dulunya adalah kombinasi hidrologis daratan dan permukaan laut, yang dipengarugi pasang surut air laut. Di kanan kirinya kita dapat melihat tumbuhan Rhizophora sp. dan Nypa fructicans.
Berada di antara tetumbuhan Nypa fructicans. |
Ketiga, teman perjalanan ku ternyata sedang ulang tahun! Yaampun, sekalian merayakan ulang tahun dia deh.
Perjalanan menuju desa Rammang-Rammang sepertinya hanya sekitar 20-30 menit. Aku menikmati sekali melihat pemandangan pegunangan karst yang sangat unik. Sampai di sana, sudah di ujung petang, kami lekas menikmati warna-warni senja yang sangat indah.
Berada di sana, aku melihat semburat langit biru keunguan yang bercampur dengan warna jingga terang.
Tidak lama kemudian, kelelawar-kelelawar keluar dari sarangnya yang ada di antara lubang-lubang batu karst. Bayangkan, langit yang sedang bagus-bagusnya dilewati oleh sekawanan kelelawar yang sangat banyak. Aku takjub sekali dibuatnya. Benar-benar perjalanan yang indah.
Senja di Rammang-Rammang |
Garis-garis kelelawar yang mulai keluar dari sarangnya |
Sayang sekali karena kami baru sampai sana ketika hari mulai berakhir, kami tidak terlalu lama berada di sana. Setelah kami menyaksikan senja dan temanku selesai sholat maghrib, kami bergegas kembali ke pelabuhan kecil tempat kami menyewa perahu.
Di perjalanan, kami kembali melihat hutan nypa dan pegnungan karst yang sangat unik itu. Langit yang tadinya berwarna keunguan pun sedikit demi sedikit berubah menjadi jingga dan merah. Benar-benar sore yang tak pernah ku bayangkan.
Sampai di pelabuhan hari sudah gelap, untung saja Bapak pengemudi perahu sudah hapal benar dengan titik-titik batu yang menojol. Karena perahu itu tidak ada lampunya. Buat ku sih kondisi sangat gelap dan aku tidak bisa melihat apa-apa dengan jelas. Kami sampai di pelabuhan sekitar jam 7 lalu langsung beranjak balik ke penginapan.
Perjalanan menuju pelabuhan |
Sepanjang perjalanan kami ngobrol mensyukuri perjalanan dadakan ini karena bisa berkesempatan melihat sejumput keindahan dunia. Kami sampai di hotel sekitar jam 8 lalu langsung makan makanan yang sudah disediakan oleh panitia. Kami bertemu dengan teman-teman BEKAL Pemimpin yang lain, berkenalan, berbincang, lalu istirahat.
Buat ku, perjalanan ini menjadi pembuka perjalanan yang sangat menarik. Perjalanan BEKAL Pemimpin yang membuatku banyak punya teman baru dan tempat aku berproses menjadi pribadi yang lebih baik.
Oiya, aku menemukan tulisan KOMPAS yang lebih lengkap menjelaskan tentang karst di Rammang-rammang, silakan baca tulisannya di KOMPAS.
Terima kasih sudah mampir di blog ku. Selamat menikmati tahun 2024!
Diny
No comments
Post a Comment