Dokter Bilang Mata Saya Ablasio Retina (bagian 1)
Januari 09, 2017
sumber: answersingenesis.org |
Beberapa bulan setelah menikah saya jadi lumayan sering pakai eye liner. Nah, kalau pakai eye liner itu kan sebelah mata agak merem sedikit ya. Saya jadi ngeh kalau mata kiri saya agak kurang bisa melihat dengan jelas, terutama di sudut atas, seperti ketutup hitam sedikit. Saya pikir ini karena minus mata yang nambah dan harus ganti kacamata. Akhirnya pergilah saya ke dokter mata di RS Bunda Depok untuk mendapatkan resep kacamata.
Saat bertemu dengan dokter mata, saya cerita kalau mata kiri saya agak aneh ngga bisa full lihatnya. Dokter itu menyernyitkan dahi, lalu memeriksa mata saya. Saya diminta menutup mata kiri saya dengan tangan, lalu dokter itu melakukan gerakan isyarat angka di depan mata saya, di serong kanan, serong kiri, serong kanan atas, kiri atas, dan bawah. Mata kanan aman, saya masih bisa menebak angka berapa yang ia tunjukkan. Giliran mata kanan yang ditutup, lalu mata kiri diperiksa. Eh. Ternyata saya ngga bisa lihat pojok kanan atas. Seperti ada filter hitam pekat yang menutup jari si dokter. Hmmmmmm.
Muka bu dokter kombinasi antara excited dan shock. Saya jadi bingung, ini kok dokternya kayak seneng, tapi agak surprise campur deg-degan gitu. Mungkin biasanya dia dapet pasien yang gitu-gitu aja, yang cuma minta resep dokter, jarang-jarang dapet pasien yang penyakit kayak mata saya. Hahaha
Bu dokter itu meminta saya menunggu sampai seluruh pasien beliau selesai. Suster kemudian meneteskan cairan ke kedua mata saya, agar pupil saya terbuka dan bu dokter bisa lihat kondisi dalam mata. Rasanya perih banget bangetan. Mesti tarik napas dalam-dalam, kedap-kedip berkali-kali. Beberapa saat kemudian, bu dokter itu selesai memeriksa seluruh pasiennya, tinggal saya aja. Ia pun melakukan pemeriksaan lebih lanjut, melihat retina dan mencari makula mata. Saya pernah dengar kata 'makula' saat kuliah di biologi, tapi saya sudah agak-agak lupa makula itu letaknya di mana.
Selesai memeriksa saya, dokternya mukanya masih antara excited dan deg-degan. Saya masih bingung ini sakit apa. Sambil periksa saya, bu dokter ngomong ke suster, "wah retinanya ini kayaknya", "hmm udah kena makula belum ya", "kayaknya itu ya.." "ini RS Bunda kurang lengkap alatnya, padahal saya udah pesan tapi belum di acc terus." Lah bu dokter malah curhat. Lol. Saya cuma senyam senyum tipis aja.
Baru setelah selesai pemeriksaan, akhirnya bu dokter bilang,
"ini retina kamu udah kena, saya ngga bisa diagonis yang pasti karena saya belum sub-spesialis. Kamu segera cari dokter retina yang bagus yaa, di RSCM atau Jakarta Eye Center. Ngga usah pakai tradisional-tradisional ya." katanya sambil muka serius.
"hmm, oke.." kata saya sambil menyernyitkan dahi.
"kemungkinan kamu kena Ablasio Retina. Tapi kamu cek lagi aja sama dokter sub spesialis retina. Ini kalau benar Ablasio, kamu mesti segera operasi." lanjut bu dokter.
"oh gitu.. oke dok." kata saya sambil senyum-senyum panik. (saya kalau deg-degan biasanya cengengesan).Pulang dari bu dokter, mata saya masih kabur dan semua cahaya terlihat jauh lebih terang. Itu efek cairan tetesan mata yang membuat pupilnya terbuka. Saya segera kabari suami dan ngga mau mikir macem-macem. Takut pasti ya. Tapi kok tadi muka dokternya agak excited kayak saya berhasil lihat mamalia di hutan sih. Hahahaa. Jadi bingung kan.
Yaudahlah. Saya pulang aja. Sepanjang jalan hp saya taruh di tas, ngga berani googling sendiri. Saya mau mikirnya nanti aja di rumah. Takut ngga siap mental.
Saya ngga nyangka pertemuan dengan dokter mata itu menjadi awal dari perjalanan panjang saya bersama dokter mata. Apa itu Ablasio Retina? Insya Allah saya akan ceritain bagaimana perjalanan panjang ini. Semoga bisa bermanfaat buat orang lain yang kebetulan kena Ablasio juga.