kesempatan terbaik untuk penjelajah muda!
Oktober 20, 2015
Beberapa hari lalu, Research Center for Climate Change Universitas Indonesia mengadakan acara bersama dengan National Geographic Indonesia yang berjudul Young Explorer Grants Workshop di Ruang Apung, Universitas Indonesia. Acara ini adalah acara terbesar di Indonesia untuk mempromosikan hibah penelitian National Geographic untuk anak muda di seluruh dunia.
Buat teman-teman yang ngga bisa hadir, yuk baca rangkumannya!
***
Di awal acara, Ketua RCCC UI, Bapak Jatna Supriatna membuka acara dengan menyemangati para pemuda untuk mengeksplorasi Indonesia. Eksplorasi itu sangat penting, kita bisa mempelajari berbagai macam hal dari setiap perjalanan. Pak Jatna sendiri telah berkelana ke hampir ke seluruh Indonesia juga taman nasional di luar negeri untuk belajar mengenai biodiversitas dan konservasi. Cerita-cerita beliau tentang beberapa perjalanan tersebut bisa dibaca di buku terbaru beliau lho!
Pada sesi selanjutnya, ada empat penerima Young Explorers Grant yang bercerita tentang pengalaman mereka saat mengikuti proses hibah ini dan proyek yang mereka lakukan.
Penjelajah pertama adalah Mark Phoung, mahasiswa Ph.D. University of California, yang jauh-jauh datang ke Indonesia untuk menjawab pertanyaan mengapa suatu kelompok organisme lebih beragam dibandingkan dengan kelompok organisme lainnya. Dalam penelitiannya, ia memakai contoh hewan Conus, di wilayah laut Indonesia. Ia menekankan, untuk mendapatkan hibah penelitian, kita perlu memiliki pertanyaan penting yang perlu dijawab. Hal ini juga pernah ditekankan oleh pembimbing skripsi saya, Ibu Yani. Nah, bagaimana kita bisa merumuskan pertanyaan yang penting itu, yaa.. dengan cara banyak membaca, diskusi dan bertanya kepada yang lebih ahli. Juga jangan sungkan untuk meminta tolong kepada orang lain yang lebih ahli, atau kontak semua orang melalui email.
Penjelajah muda kedua datang dari Filipina, Hannah Reyes. Perempuan yang besar dan lahir di Filipina ini menemukan, mendokumentasikan, dan menceritakan transisi yang terjadi pada masyarakat adat di 3 tempat di Filipina, seperti perubahan agama, cara pandang hidup, pakaian, adat istiadat, makanan, dan lain sebagainya. Kekuatan dari proyeknya adalah dari bagaimana kemampuannya menceritakan kembali transisi itu melalui dokumentasi dan cerita yang menarik. Hannah juga berkisah, saat pertama kali melihat proyek-proyek yang telah didanai oleh National Geographic, ia pun merasa tertekan karena banyak sekali proyek Young Explorer yang keren-keren, tapi jangan khawatir, kita juga pasti bisa seperti mereka. Tenang aja, semua pasti ada prosesnya dan bisa diperjuangkan. Proyek yang telah ia jalani ini membuka berbagai kesempatan kolaborasi baru dengan National Geographic dan juga mengantarkannya menjadi fotografer profesional.
Yang ketiga adalah pria dari Puerto Rico yang mempelajari tentang Orangutan di Gunung Palung, bernama Robert Rodriguez Suro. Menurut Robert, bagian paling penting adalah mendapatkan ide proyek yang kuat. Ia sendiri mendapatkan ide proyek setelah tinggal beberapa bulan di Gunung Palung dan berdiskusi dengan peneliti yang lebih senior. Ia kemudian mengembangkan ide tersebut. Salah satu penemuan kerennya setelah satu bulan melakukan proyeknya, ia mendokumentasikan Orangutan sedang berciuman! Hahahaa menarik sekali ya!
Terakhir, ada Prasenjeet Yadav dari India yang melakukan penelitian tentang habitat di India. Saya agak-agak kelewat nih pas beliau presentasi, karena pas lagi ada kerjaan yang lain. Uups maaf banget :(
Setelah mendengar cerita dari para penjelajah muda ini, sangat menarik melihat banyak anak muda dari luar negeri pergi ke Indonesia untuk cari ilmu dari biodiversitas Indonesia. Kenapa malah kita yang tinggal di Indonesia belum banyak yang bergerak untuk belajar dan mengeksplorasinya ya.. Padahal kita lebih dekat. Ayolah yuk kita yang tinggal di negara kepulauan terbesar di dunia, punya suku bangsa yang sangat beragam, spesies-spesies endemik, dan ekosistem lengkap, yuk kita eksplorasi dan pelajari bersama-sama!
Oiya, kalau dilihat dari seluruh pembicara muda itu, setiap orang memiliki website yang representatif dan profesional. Mereka menampilkan hasil karyanya secara komprehensif di website pribadi dan berbagai media. Mereka juga memiliki kemampuan fotografi dan storytelling yang kuat. Memang dua kemampuan itu sangat penting untuk menjadi modal eksplorasi terutama bagi National Geographic. Salut banget ya.. Kita bisa belajar banyak nih dari mereka..
Setelah para penjelajah muda ini bercerita, ada cerita juga dari Robert Lee, Director Science, Exploration and Science National Geographic. Beliau bercerita tentang proyek yang pernah dia kerjakan di Sulawesi tentang penangkapan liar populasi monyet. Ia juga menekankan, kita harus sabar, jangan menyerah kalau gagal. Pak Rob Lee sendiri mendapatkan dana hibah pertamanya setelah 10 kali daftar. Jadi, sabar.. sabar.. sabar.. Coba terus dan jangan menutup diri dari segala kemungkinan juga jangan menyerah. Jalannya mungin ngga selalu lancar, tapi kita harus tetap mencoba sambil memperbaiki diri. Selain itu ada juga Pak Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia, yang menyarankan untuk menemukan hasrat kita apa, lalu dukung dengan data yang kuat, sehingga kita tau mau apa dan harus bagaimana.
***
Young Explorers Grant adalah kesempatan hibah yang diberikan kepada individu berumur 18 sampai 25 tahun (atau sebelum 26 tahun) untuk mewujudkan penelitian, konservasi, dan proyek eksplorasi dari National Geographic. Dari penjelasan kemarin, ada 3 tipe proyek yang bisa kita pilih salah satu dan masing-masing punya hal-hal yang perlu perhatikan:
Hypothesis - Driven Research
- Konteks yang saintifik
- Pertanyaan yang penting
- Metode
Media - Driven Storytelling
- Visual yang bagus
- Ide original
- Potensi cerita yang menarik
Applied Conservation
- Kebutuhan yang jelas tentang aksi konservasi
- Pendekatan inovatif
dan yang paling penting adalah kenapa kamu adalah orang yang tepat untuk mendapatkan proyek tersebut.
Secara lebih lengkap gimana tata cara mengajukan hibahnya bisa dilihat di sini.
Kalau kamu tertarik mengajukan hibah, ada juga beberapa saran yang dirangkum dari acara ini:
Poin penting saat sesi tanya jawab:
Apakah akan ada mentor atau advisor dari National Geographic?
Biasanya cari mentor sendiri, namun bisa juga kisa kontak program managers Nat Geo:
Katia Andreassi - ecouncil@ngs.org
Rob Lee - roblee@ngs.org
Aram Lee - arlee@ngs.org
Gimana kalau kita ngga bisa fotografi?
Cari fotografer, lalu masukkan ke dalam tim kamu.
Apa yang membuat proposal kita kuat?
Kamu harus membuat orang lain semangat dengan proyek kamu. Bayangkan kamu cerita kepada teman dekat kamu dan kamu bisa membuat mereka juga excited. That quality is important. Juga tunjukkan kenapa proyek itu penting dan penting dilakukan sekarang. Kamu harus fokus pada produk dan bisa memasukkan member yang ahli di bidangnya.
Bagaimana cara mendaftar secara lebih lengkap dalam Young Explorers Grant, bisa dilihat melalui link ini.
***
Jadi gimana, yuk kita daftaar! Kasih tau teman-teman lainnya para penjelajah muda!
Semoga bermanfaat!
Buat teman-teman yang ngga bisa hadir, yuk baca rangkumannya!
***
Di awal acara, Ketua RCCC UI, Bapak Jatna Supriatna membuka acara dengan menyemangati para pemuda untuk mengeksplorasi Indonesia. Eksplorasi itu sangat penting, kita bisa mempelajari berbagai macam hal dari setiap perjalanan. Pak Jatna sendiri telah berkelana ke hampir ke seluruh Indonesia juga taman nasional di luar negeri untuk belajar mengenai biodiversitas dan konservasi. Cerita-cerita beliau tentang beberapa perjalanan tersebut bisa dibaca di buku terbaru beliau lho!
Pak Jatna Supriatna, menyemangati para pemuda Indonesia (photo credit: Jakakatua) |
Penjelajah pertama adalah Mark Phoung, mahasiswa Ph.D. University of California, yang jauh-jauh datang ke Indonesia untuk menjawab pertanyaan mengapa suatu kelompok organisme lebih beragam dibandingkan dengan kelompok organisme lainnya. Dalam penelitiannya, ia memakai contoh hewan Conus, di wilayah laut Indonesia. Ia menekankan, untuk mendapatkan hibah penelitian, kita perlu memiliki pertanyaan penting yang perlu dijawab. Hal ini juga pernah ditekankan oleh pembimbing skripsi saya, Ibu Yani. Nah, bagaimana kita bisa merumuskan pertanyaan yang penting itu, yaa.. dengan cara banyak membaca, diskusi dan bertanya kepada yang lebih ahli. Juga jangan sungkan untuk meminta tolong kepada orang lain yang lebih ahli, atau kontak semua orang melalui email.
Mark Phoung, penerima hibah Young Explorer Grant (photo credit : Jakakatua) |
Hannah Reyes (Photo credit: Jakakatua) |
Yang ketiga adalah pria dari Puerto Rico yang mempelajari tentang Orangutan di Gunung Palung, bernama Robert Rodriguez Suro. Menurut Robert, bagian paling penting adalah mendapatkan ide proyek yang kuat. Ia sendiri mendapatkan ide proyek setelah tinggal beberapa bulan di Gunung Palung dan berdiskusi dengan peneliti yang lebih senior. Ia kemudian mengembangkan ide tersebut. Salah satu penemuan kerennya setelah satu bulan melakukan proyeknya, ia mendokumentasikan Orangutan sedang berciuman! Hahahaa menarik sekali ya!
Terakhir, ada Prasenjeet Yadav dari India yang melakukan penelitian tentang habitat di India. Saya agak-agak kelewat nih pas beliau presentasi, karena pas lagi ada kerjaan yang lain. Uups maaf banget :(
Setelah mendengar cerita dari para penjelajah muda ini, sangat menarik melihat banyak anak muda dari luar negeri pergi ke Indonesia untuk cari ilmu dari biodiversitas Indonesia. Kenapa malah kita yang tinggal di Indonesia belum banyak yang bergerak untuk belajar dan mengeksplorasinya ya.. Padahal kita lebih dekat. Ayolah yuk kita yang tinggal di negara kepulauan terbesar di dunia, punya suku bangsa yang sangat beragam, spesies-spesies endemik, dan ekosistem lengkap, yuk kita eksplorasi dan pelajari bersama-sama!
Oiya, kalau dilihat dari seluruh pembicara muda itu, setiap orang memiliki website yang representatif dan profesional. Mereka menampilkan hasil karyanya secara komprehensif di website pribadi dan berbagai media. Mereka juga memiliki kemampuan fotografi dan storytelling yang kuat. Memang dua kemampuan itu sangat penting untuk menjadi modal eksplorasi terutama bagi National Geographic. Salut banget ya.. Kita bisa belajar banyak nih dari mereka..
Setelah para penjelajah muda ini bercerita, ada cerita juga dari Robert Lee, Director Science, Exploration and Science National Geographic. Beliau bercerita tentang proyek yang pernah dia kerjakan di Sulawesi tentang penangkapan liar populasi monyet. Ia juga menekankan, kita harus sabar, jangan menyerah kalau gagal. Pak Rob Lee sendiri mendapatkan dana hibah pertamanya setelah 10 kali daftar. Jadi, sabar.. sabar.. sabar.. Coba terus dan jangan menutup diri dari segala kemungkinan juga jangan menyerah. Jalannya mungin ngga selalu lancar, tapi kita harus tetap mencoba sambil memperbaiki diri. Selain itu ada juga Pak Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia, yang menyarankan untuk menemukan hasrat kita apa, lalu dukung dengan data yang kuat, sehingga kita tau mau apa dan harus bagaimana.
Robert Lee (kiri) dan Didi Kaspi Kasim (kanan) berdiskusi dengan para peserta lokakarya (photo credit: Jakakatua) |
Diskusi di akhir acara (photo credit : Jakakatua) |
Young Explorers Grant adalah kesempatan hibah yang diberikan kepada individu berumur 18 sampai 25 tahun (atau sebelum 26 tahun) untuk mewujudkan penelitian, konservasi, dan proyek eksplorasi dari National Geographic. Dari penjelasan kemarin, ada 3 tipe proyek yang bisa kita pilih salah satu dan masing-masing punya hal-hal yang perlu perhatikan:
Hypothesis - Driven Research
- Konteks yang saintifik
- Pertanyaan yang penting
- Metode
Media - Driven Storytelling
- Visual yang bagus
- Ide original
- Potensi cerita yang menarik
Applied Conservation
- Kebutuhan yang jelas tentang aksi konservasi
- Pendekatan inovatif
dan yang paling penting adalah kenapa kamu adalah orang yang tepat untuk mendapatkan proyek tersebut.
Secara lebih lengkap gimana tata cara mengajukan hibahnya bisa dilihat di sini.
Kalau kamu tertarik mengajukan hibah, ada juga beberapa saran yang dirangkum dari acara ini:
Poin penting saat sesi tanya jawab:
Apakah akan ada mentor atau advisor dari National Geographic?
Biasanya cari mentor sendiri, namun bisa juga kisa kontak program managers Nat Geo:
Katia Andreassi - ecouncil@ngs.org
Rob Lee - roblee@ngs.org
Aram Lee - arlee@ngs.org
Gimana kalau kita ngga bisa fotografi?
Cari fotografer, lalu masukkan ke dalam tim kamu.
Apa yang membuat proposal kita kuat?
Kamu harus membuat orang lain semangat dengan proyek kamu. Bayangkan kamu cerita kepada teman dekat kamu dan kamu bisa membuat mereka juga excited. That quality is important. Juga tunjukkan kenapa proyek itu penting dan penting dilakukan sekarang. Kamu harus fokus pada produk dan bisa memasukkan member yang ahli di bidangnya.
Bagaimana cara mendaftar secara lebih lengkap dalam Young Explorers Grant, bisa dilihat melalui link ini.
***
Jadi gimana, yuk kita daftaar! Kasih tau teman-teman lainnya para penjelajah muda!
Semoga bermanfaat!
Salam hangat dari meja registrasi (saya dan sisil hahahaa..) |