Aku tidak memanggilnya dengan nama Diny, tetapi kusapa dia dengan nama Dindin. Kata ibu, aku sudah bersamanya saat aku berumur enam bulan, ketika ia ada di dalam rahim ibu. Kami sudah berbagi segalanya.
Waktu aku tertawa dan bercanda dengan ibu, itu berarti ia juga ikut tertawa dan bercanda dengan ku. Lalu disaat air mataku menetes dan ibu berusaha membuatku tersenyum, itu berarti ia juga ikut menghiburku. Rasanya tidak ada satu pun yang dapat menggantikan kebahagiaanku.
Setelah ia lahir, kebahagiaanku semakin bertambah. Kamu mungkin tidak akan pernah tahu alasan mengapa aku bahagia. Karena aku akan membagi bahagia ini untuk mereka. Untuk adik-adikku.
Dulu aku dengannya sering memakai baju dan aksesoris yang sama. Benda yang paling ku ingat adalah gelang plastik warna-warni. Kami suka memakainya. Bahkan kami memakainya hingga menutupi pergelangan tangan sampai hampir ke siku.
Ada lagi, aku dan dia sangat suka berlari-lari di mall, rumah mimi, atau di rumah makan. Dan tentunya kami juga berteriak-teriak sambil berlari. Mungkin orang lain terganggu dengan hal ini, karena mereka tidak tahu mengapa aku bahagia.
Aku juga ingat, jika salah satu dari kami merayakan ulang tahun, pasti ibu membuatkan dua buah kue ulang tahun. Dan kami merayakan perta tersebut bersama. Padahal hari ulang tahun kami berbeda.
Semakin besar aku semakin kehilangannya. Kami mulai memiliki teman masing-masing. Tapi hal ini tidak menjadi penghalang untukku. Dia tetap orang yang kusayang.
Setiap hari aku menanti cerita-cerita seru darinya. Karena ia memang seperti tidak pernah kehabisan cerita. Dan aku sangat menyukai ceritanya.
Dia pernah bercerita tentang orang yang disukainya. Ada lagi cerita tentang orang yang dibencinya. Atau cerita tentang kejadian-kejadian seru yang tak kalah menarik untuk didengar.
Melalui ceritanya aku ikut merasakan apa yang ia rasakan. Aku akan marah jika ia marah karena ada orang yang mengganggunya. Aku akan tertawa saat ia bercerita llucu. Dan walaupun ia tidak tahu, aku juga menangis saat ia disakiti dan aku tidak melakukan apapun untuknya.
Aku benci pada diriku sendiri karena disaat ia disakiti tidak ada hal yang dapat kulakukan untuknya. Aku juga menyesal karena aku hanya dapat melakukan satu hal yaitu menjadi pendengar untuknya. Aku bahkan tidak dapat memberikan satu hal sederhana yang sebenarnya dapat dilakukan.
Terkadang aku bertanya-tanya, dapatkah aku menjadi seorang kakak yang baik untuknya?
Tapi aku selalu menyadarkan diri bahwa kini ia sedang beranjak menuju sebuah pintu kedewasaan.
Dan sekali lagi aku tidak akan membantunya menentukan mana pintu yang tepat untuknya. “Akan aku biarkan ia berlari hingga lelah datang menjemputmu kembali ke rumah.” Itulah kata yang ingin aku ucapkan untuknya saat ia mencari pintu kedewasaan.
Aku pun yakin, saat lelah itu datang, ia sudah akan membawa sesuatu. Tidak hanya untuknya tetapi juga utuk orang-orang yang akan di sekelilingnya. Orang-orang yang akan selalu menjaga dan menyayanginya. Orang-orang yang akan diam disaat ia butuh dan bangga saat ia dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, yaitu orang-orang seperti aku..
“selamat ulang tahun dindin”
Thanks for everything that you have done for me. Please forgive every mistake that I’ve made to you. I hope you’ll always be my lovely sister. You are my every things and I hope I can be something for you
Vidya Hartiningrum
Jakarta, 4 Mei 2007
*
surat dari kakak saya, beberapa tahun lalu
No comments
Post a Comment